Kamis, 03 Maret 2011

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU KONSERVASI TANAH DAN AIR

ACARA : KE 5

MENGHITUNG INDEKS EROSIVITAS HUJAN



NAMA : AHMAD ANSHORY

NPM : E1J008015

SEMESTER : GANJIL 2010/2011

JAM : 10.00-11.40

HARI/TANGGAL : RABU, 1 DESEMBER 2010

KELOMPOK : 1 (SATU)

DOSEN : BUSRI SALEH

BANDI HERMAWAN

CO-ASST : FEBRI YANTO

LEONARDO

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2010


I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Erosivitas merupakan kemampuan hujan menimbulkan erosi. Tingkat erosi ini digambarkan dalam bentuk indeks erosivitas hujan. Indeks erosivitas hujan merupakan besaran tanpa satuan yang menggambarkan kemampuan hujan menimbulkan erosi. Jika semakin besar nilai indeks erosivitas, maka semakin besar pula hujan menimbulkan erosi.

Pengukuran indeks erosivitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah metode Weischmeier dan Smith, dan metode Hudson. Dalam praktikum ini dilakukan pengukuran erosivitas hujan dengan menggunakan kedua metode ini. Hasil yang didapat akan dibandingkan seberapa besarnya.

1.2 TUJUAN

· Menghitung indeks erosivitas hujan (R) dari suatu kejadian hujan dengan menggunakan metode Weischmeier dan smith (1958), dan metode Hudson (1965).

· Membandingkan hasil perhitungan indeks erosivitas hujan dari kedua metode diatas.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sitanala Arsyad (1989) dalam bukunya yang berjudul” Konservasi Tanah danAir ”, mengatakan bahwa air merupakan penyebab utama terjadinya erosi. Banyaknyaair yang mengalir di atas permukaan tanah tergantung pada hubungan antarakapasitas infiltrasi tanah dengan kapasitas penyimpanan air tanah. Tumbuhan yang hidup di permukaan tanah dapat menambah cepatnya infiltrasi, memperkecil kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh, daya dispersi serta mengurangi daya angkut aliran di atas permukaan tanah. Manusia juga sangat berperan dalam menentukan baik atau rusaknya tanah yaitu pada perlakuan terhadap tumbuhantumbuhan dan tanah. Proses erosi merupakan kombinasi dua proses yaitu penghancuran struktur tanah oleh air hujan yang menimpa tanah serta pemindahan atau pengangkutan butir tanah oleh percikan hujan yang mengalir sebagai aliran permukaan (Sarief, 1988). Arsyad (1989) telah mengusulkan penetapan nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia dengan berpedoman pada kriteria yang dikemukakan oleh Thomson (1957), yaitu dengan menentukan nilai T maksimum untuk tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang permeabel di atas bahan (substratum) yang telah melapuk (tidak terkonsolidasi) sebesar 2,5 mm/th, sedangkan berat volume tanah pada pembentukan tanah setebal 2,5 mm/th tersebut sebesar 1,2 cc/gr. Dengan pembentukan tanah setebal 2,5 mm/th dan berat volume tanah 1,2 cc/gr maka erosi terbolehkan untuk tanah-tanah di Indonesia dapat di cari dengan persamaan : mm x Berat volume x10 = ton/ha/th.

Menurut Seta (1987) ada empat faktor utama dalam proses erosi yaitu iklim, sifat tanah, topografi dan vegetasi penutup tanah. Oleh Wischmeier dan Smith (1978) ke empat faktor tersebut dikenal dengan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) untuk menentukan besarnya erosi. Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, menurunkan kecepatan aliran permukaan, menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya dan memperhatikan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air.

Metode untuk mengetahui erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) yang disebut dengan metode USLE adalah metode yang paling umum (Dradjad,1982). Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemakaian rumus USLE yang dikemukakan oleh Chay Asdak antara lain :

1). USLE hanya memperkirakan erosi lembar dan erosi alur, dan tidak untuk erosi parit.

2). USLE tidak memperhiraukan endapan sedimen, hanya memperkirakan besarnya tanah yang tererosi, tetapi tidak memperhatikan deposisi sedimen dalam perhitungan besarnya perkiraan erosi.

III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Bahan Dan Alat

Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan adalah:

ü kertas pias

ü kalkulator

ü pena

ü mistar

ü pensil

3.2 Prosedur Kerja

o Memperhatikan kertas pias yang merupakan hasil rekaman dari alat pencatat hujan otomatis (ombrograf) dari kertas pias, ditentukan tinggi curah hujan setiap 15 menit. Untuk 15 menit pertama (0-15) mulai dari bergerak naiknya grafik hujan hingga memotong skala waktu 15 menit pertama (1,5 skala kecil dari skala waktu). Dari titik perpotongan ini ditarik garis sejajar kekiri dengan sumbu skala waktu hingga memotong sumbu skala curah hujan. Jumlah garis skala mm antara titik perpotongan ini dengan titik awal bergerak naiknya grafik hujan merupakan tinggi curah hujan 15 menit pertama, angka tinggi curah hujan ini dalam satuan mm dicatat di kolom 3, lembar kerja 5.

o Menentukan tinggi curah hujan 15 menit kedua (lanjutan dari 15 menit pertama), mulai dari titik perpotongan grafik hujan dengan skala 15 menit pertama hingga memotong skala waktu 15 menit berikutnya (1,5 skala kecil dari skala waktu hujan). Dari titik perpotongan ini tarik lagi garis sejajar kekiri dengan sumbu skala waktu hujan hingga memotong sumbu skala tinggi curah hujan untuk yang kedua kalinya. Tinggi curah hujan untuk 15 menit kedua ini dapat dihitung dari selisih jumlah garis skala mm komulatif yang ada pada sumbu skala curah hujan hingga 5 menit kedua dengan tinggi curah hujan pada 15 menit pertama. Angka tinggi curah hujan untuk 15 menit kedua ini dicatat di kolom 3. Lembar kerja 5.

o Menentukan tinggi curah hujan untuk setiap 15 menit berikutnya merupakan lanjutan dari lima belas menit sebelumnya dengan cara pemenggalan waktu hujan setiap 15 menit berikutnya (1,5 skala kecil dari skala waktu hujan), dan langkah-langkah yang ditempuh untuk menghitung tinggi curah hujan sama dengan point diatas sampai berakhirnya kejadian hujan selama 24 jam.

IV. HASIL PENGAMATAN

Acara : menghitung indeks erosivitas hujan

Tempat : lab Ilmu Tanah

Hari : rabu, 1 desember 2010

Jam : 10.00-11.40

Kelompok : satu

Nama praktikan : ahmad anshory

No

Lama hujan (menit) (t)

Curah hujan (mm) (r)

Intensitas (mm/jam)

(I)

Energy kinetic (joule.m-2.mm-1) (E)

Total energy kinetik (joule.m-2.mm-1) (ET)

W

H

W

H

1

15

7

28

27.47321

-33,95

192.3124

-234.5

2

15

6

24

26.81847

24,4875

160.9108

1469.25

3

15

6

24

26.81847

24,4875

160.9108

1469.25

4

15

4

16

25.09629

21,83

100.3852

87.32

5

15

4

16

25.09629

21,83

100.3852

87.32

6

15

9

36

28.54064

26,25

256.8657

236.25

7

15

4

16

25.09629

21,83

100.3852

87.32

8

15

2

8

22.15222

13,86

44.30444

27.72

9

15

1

4

19.20815

-2,075

19.20815

-2.075

10

15

0

0

0

-

0

0

11

15

0

0

0

-

0

0

12

15

0

0

0

-

0

0

13

15

0

0

0

-

0

0

14

15

0

0

0

-

0

0

15

15

0

0

0

-

0

0

16

15

2

8

22.15222

13,86

44.30444

27.72

17

15

0

0

0

-

0

0

18

15

15

60

30.71032

27,675

460.6548

415.125

19

15

16

64

30.98444

27,80

495.751

444.8

20

15

6

24

26.81847

24,4875

160.9108

1469.25

21

15

2

8

22.15222

13,86

44.30444

27.72

22

15

1

4

19.20815

-2,075

19.20815

20.75

23

15

0

0

0

-

0

0

24

15

0

0

0

-

0

0

25

15

67

268

37.06716

29,324

2483.5

1964.708

26

15

8

32

13.32

25,815

106.56

206.52

27

15

40

160

34.87629

29,003

1395.052

1160.12

28

15

6

24

26.81847

24,9875

160.9108

149.925

29

15

36

144

34.42879

28,9146

1239.436

1040.926

30

15

24

96

32.70661

28,4782

784.9587

683.4768

31

15

9

36

28.54064

26,254

256.8657

236.286

32

15

52

208

35.99066

29,1871

1871.514

1517.729

33

15

100

400

38.76815

29,4812

3876.815

2948.12

34

15

3

12

23.87439

19,175

71.62318

57.525

Total

15598.556

10619.568

V. PEMBAHASAN

Indeks erosivitas hujan untuk masing-masing metode adalah:

Metode Weischmeier dan Smith :

∑(ET)w x I30/100

= 15598.556 x (60+64)(2)/100

= 23085.86288

Metode Hudson : ∑(ET)h x I30/100

= 14608.04 x (60+64)(2)/100

= 15716.96064

Dari hasil pengamatan dan perhitungan table diatas didapatkan perbedaan hasil untuk indeks erosivitas yang dihasilkan dari metode Weischmeier dan Smith, dan metode dari Hudson. Menurut teori dari weischmeier dan smith, energy kinetic dari hujan dengan intensitas maksimum mempunyai interaksi yang positif untuk menimbulkan erosi jika dibandingkan dengan sifat-sifat hujan yang lain. Sedangkan menurut Hudson energy kinetic dari hujan yang hanya memiliki intensitas yang lebih besar dari 25 mm/jam inilah yang menyebabkan erosi dapat terjadi. Sehingga yang dipakai untuk menentukan indeks erosivitas hujan hanyalah intensitas diatas 25 mm/jam saja.

Hasil perhitungan indeks erosivitas hujan dari kedua metode ini sangat berbeda. Dari metode Weischmeier dan Smith didapatkan hasil sebesar 23085.86288. sedangkan dari metode Hudson sebesar 15716.96064

VI. PENUTUP

Kesimpulan

ü Indeks erosivitas adalah besaran (tanpa satuan) yang menggambarkan kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi

ü Ada beberapa cara untuk menghitung tingkat erosivitas hujan diantaranya yaitu : metode Weischmeier and Smith, dan metode Hudson

ü Indeks erosivitas hujan untuk masing-masing metode adalah:

ü Metode Weischmeier dan Smith :

o ∑(ET)w x I30/100

o = 15598.556 x (60+64)(2)/100

o = 23085.86288

ü Metode Hudson : ∑(ET)h x I30/100

o = 14608.04 x (60+64)(2)/100

o = 15716.96064

ü Indeks erosivitas metode Hudson lebih kecil daripada metode Weischmeier. Hudson hanya menggunakan data intensitas hujan yang lebih besar dari 25 mm/jam, sehingga untuk intensitas hujan dibawah 25 mm/jam tidah digunakan

JAWABAN PERTANYAAN

1. Metode weischmeier dan smith indeks dihitung menggunakan rumus

E = 13,32 + 9,78 log I, berdasarkan siklus hujan selama paling kurang 1 tahun. Korelasi terbaik dengan erosi yaitu interaksi energy kinetic dengan intensitas maksimum selama 30 menit. Sedangkan metode Hudson untuk menghitung indeks erosivitas hujan hanya menggunakan nilai energy kinetic yang lebih besar dari 25 mm/jam.

2. Kebaikan metode weischmeier : digunakan dari alat pengukur curah hujan otomatis, simple, praktis

Kekurangan : Tidak dapat digunakan pada tempat yang tidak mempunyai alat pengukur curah hujan otomatis. Butuh ketelitian saat mengamati

Kebaikan metode Bols : dapat digunakan pada tempat-tempat yang mempunyai alat pengukur curah hujan otomatis, hasil yang diperoleh lebih akurat.

Kekurangan : lebih rumit

Daftar Putaka

Arsyad, S.1985. konservasi Tanah Dan Air. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor

Draddjad, M,., R.M.T. Notohadiprawiro, S. Soekodarmo, A.A. Asmara, E. Rahayu. 1982. Prosedur baku pengawetan tanah dan air. Fakultas Pertanian, UGM. Yogyakarta

Sarief, E.S. 1988. Konservasi tanah dan air. Pustaka Buana. Bandung

Seta, A.K. 1987. Konservasi sumberdaya tanah dan air. Kalam Mulia. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar